Suku ternate ialah salah satu suku yang berada di Indonesia, lebih tepatnya berada di wilayah Profinsi Maluku Utara. Jumlah penduduk suku ini kurang lebih sebesar 50.000 Jiwa. Ternate adalah salah satu pulau yang terletak di sebelah barat pantai Halmahera dan merupakan salah satu dari deretan pulau-pulau vulkanis yang masih aktif Luas wilayah keseluruhannya adalah 5.681,30 Km2.
Selain berdiam di pulau
asalnya, orang Ternate juga berdiam di daerah lain, misalnya di pulau Bacan
dan pulau Obi
yang termasuk wilayah kabupaten Halmahera Tengah,
serta wilayah lain di dalam dan di luar Provinsi Maluku Utara.
Kebudayaan Suku Ternate
Suku Ternate terkenal sangat kental akan kebudayaannya, baik itu dalam adat pernikahan, makanan, upacara penyambutan, dan juga kematian.
Contoh adat pernikahan di Suku Ternate :
A. MEMINANG / KAWIN MINTA (=Lahi se Tafo atau Wosa Lahi)
Lahi se Tafo atau meminang merupakan bentuk perkawinan adat yang sangat populer dan dianggap
paling ideal bagi masyarakat setempat, karena selain berlaku dengan cara terhormat yakni dengan
perencanaan yang telah diatur secara matang dan didahului dengan meminang juga karena dilakukan
menuruti ketentuan yang berlaku umum di masyarakat dan juga dianggap paling sah menurut Hukum
Adat. Pelaksanaan rukun nikah dilakukan menurut syariat Islam dan setelah itu dilaksanakan acara
Makan Adat, Saro-Saro, Joko Kaha, dan disertai dengan acara-acara seremonial lainnya. Sebagian
masyarakat Ternate memandang bahwa semakin megah dan meriah pelaksanaan seremonial sebuah
perkawinan, maka status/strata sosial dalam masyarakat bisa terangkat.
B. KAWIN SEMBAH (=Wosa Suba)
Bentuk perkawinan Wosa suba ini sebenanrnya merupakan
suatu bentuk penyimpangan dari tata cara perkawinan adat dan hanya dapat
disahkan dengan terlebih dahulu membayar/melunasi denda yang disebut “Bobango”.
Perkawinan ini terjadi karena kemungkinan untuk menempuh cara meminang/wosa
lahi sangat sulit atau bahkan tidak bisa dilakukan karena faktor mas-kawin
ataupun ongkos perkawinan yang sangat mahal dsb.
Perkawinan bentuk Wosa Suba ini terdiri atas 3 cara, yakni :
1. Toma Dudu Wosa Ino, Artinya dari luar (rumah) masuk ke
dalam untuk menyerahkan diri ke
dalam rumah si gadis, dengan tujuan agar dikawinkan.
dalam rumah si gadis, dengan tujuan agar dikawinkan.
2. Toma Daha
Wosa Ino, Artinya dari serambi masuk menyerahkan diri ke dalam rumah si gadis agar
bisa dikawinkan.
bisa dikawinkan.
3. Toma Daha
Supu Ino, Artinya dari dalam kamar gadis keluar ke ruang tamu untuk menyerahkan diri untuk dikawinkan
karena si pemuda telah berada terlebih dahulu di dalam rumah tanpa sepengatahuan orang tua si gadis.
Bentuk perkawinan “Wosa Suba” ini sudah jarang dilakukan oleh muda-mudi Ternate saat ini karena mereka menganggap cara yang ditempuh dalam bentuk perkawinan ini kurang terhormat dan menurunkan martabat keluarga pihak laki-laki.
Bentuk perkawinan “Wosa Suba” ini sudah jarang dilakukan oleh muda-mudi Ternate saat ini karena mereka menganggap cara yang ditempuh dalam bentuk perkawinan ini kurang terhormat dan menurunkan martabat keluarga pihak laki-laki.
Dan masih banyak lagi adat
perkawinan di Suku Ternate.
Selain terkenal dengan Adat pernikahannya, Suku Ternate juga terkenal akan makanan khasnya, Berikut ini beberapa contoh makanan khas Suku Ternate :
A. Gohu Ikan - Salah satu masakan khas Ternate
adalah gohu ikan. Penyebutannya harus lengkap: gohu ikan. Soalnya, kalau hanya
disebut gohu, maka artinya adalah rujak pepaya muda yang juga populer di
Sulawesi Utara. Gohu ikan khas Ternate dibuat dari ikan tuna mentah. Tidak
heran bila banyak orang menyebutnya sebagai sashimi Ternate. Daging tuna segar
(mentah) dipotong kecil-kecil, dicuci, kemudian dilumuri dengan garam dan
perasan lemon cui (semacam jeruk nipis yang harum dan dalamnya berwarna kuning-jingga),
kemudian dicampur dengan rajangan kasar daun balakama (kemangi). Bawang merah
dan cabe rawit (disebut rica gufu di Ternate) dirajang kasar, lalu ditumis
dengan sedikit minyak kelapa. Minyak kelapa panas dengan bawang merah dan cabe
rawit ini kemudian dituangkan ke potongan ikan tuna mentah. Kemudian ditaburi
kacang tanah goreng yang ditumbuk kasar.
B. Gatang Kenari – Makanan khas Ternate ini dibuat
dari Kepiting Kenari yang sekarang sudah masuk kedalam satwa yang dilindung dan
jarang ditemukan lagi. Anehnya, masih terjadi ambiguitas untuk menegakkan
aturan ini. Konon, demi pariwisata, beberapa restoran di Ternate mendapat izin
khusus untuk menyajikan masakan dari kepiting kenari.
C. Popeda - Orang Ternate mempunyai tradisi
makan besar setelah usai shalat Jumat. Biasanya, dari masjid orang bergegas
pulang untuk berkumpul makan siang bersama keluarga. Sebagian lagi beramai-ramai
mendatangi warung-warung makan bersama teman-teman.
Mata Pencaharian Suku Ternate
Mata
pencaharian orang Ternate ialah bertani dan nelayan. Dalam bidang pertanian
mereka menanam padi, sayur mayur, kacang-kacangan, ubi kayu, dan ubi jalar.
Tanaman keras yang mereka usahakan adalah cengkeh, kelapa dan pala. Cengkeh
merupakan tanaman rempah-rempah yang sudah mempunyai sejarah panjang di
Ternate. Cengkeh merupakan daya tarik yang mengundang kedatangan bangsa Eropa
ke daerah ini. Selain itu, orang-orang Ternate juga dikenal sebagai
pelaut-pelaut yang mahir.
Sistem Kekerabatan Ternate
Pada zaman
dulu kala, tepatnya zaman kerajaan atau kesultanan Ternate dan Tidore tersiri
atas beberapa strata social. Terbagi berdasarkan ketururan tapi tidak
menentukan kasta seseorang sehingga tidak bersifat fungsional, diantaranya :
1. Golongan Jou
Yaitu golongan isatana, yang terdiri dari sultan dan keluarganya, sampai tiga turunan satu garis lurus langsung. Sebutan terhadap kedua golongan ini, misalnya: JOU KOLANO (yang mulia sultan), dengan nama kebesaran. Sedangkan sebutan ubtuk Permaisuri Sultan: JO-BOKI (singkatan dari kata JOU MA-BOKI), sebutan untuk anak putra sultan : KAICILI PUTRA, dan BOKI PUTRI (putrid sultan). Keraton kesultanan Ternate adalah tempat tinggal mereka. Golongan Jou memakai penuttup kepala berwarna Putih, hanya dipakai oleh golongan Jou TUALA BUBUDO.
2. Golongan Dano
Yaitu golongan keluarga cucu sultan dan anak anak yang dilahirkan dari Putri Sultan dengan orang dari luar lingkungan istana atau golongan masyarakat biasa, juga termasuk keturunan dari kanak kanak maupun adik kandung sang Sultan. Penutup kepalanya – Pejabat Kesultanan (KAPITA/FABYIRA).
3. Golongan Bala
Golongan ini sering disebut dengan (BALA KUSUSEKANOKANO), yaitu mereka yang berada di luar kedua golongan diatas (raknyat biasa). Penutup kepala khasnya adalah TUALA KURCACI.
Tidak menutup kemungkinan rakyat biasa dapat ikut serta dalam jabatan jabatan tinggi misalnya
Kepala adat.
Selain pembagian diatas, terdapat pula pembagian berdasarkan wilayah, yaitu;
1. SOA SIO
Yaitu terbagi dalam beberapa SOA/MARGA. SOA terdiri dari 9kelompok yang berada di wilayah pusat Kesultanan-nya.
2. SANGAJI,
Yaitu komunitas atau kelompok kekerabatan pada beberapa distrik di negeri seberang atau diluar pulau Ternate
3. HEKU
Yaitu komunitas masyarakat Ternate yg wilayahnya mulai dar santosa kearah utara hingga ke pulau HIRI termasuk HALMAHERA MUKA
4. CIM
Yaitu kelompok kekerabatan atau komunitas masyarakat Ternate yang wilayahnya dari AKE SANTOSA ke Selatan hingga mencapai batas KALUMATA.
Posting Komentar